Tertahan



Ini adalah kisah yang pernah aku post di blogku sebelumnya, tertanggal 2017/08/26. Tidak mengarah pada siapapun, murni imajinasi sendiri. Enjoy!

***





Aku tidak pandai menebak nebak perasaanmu jika aku begini atau begitu. Aku pelupa yang ulung sedangkan kamu adalah pengingat yang handal. Terkesan bahwa kita adalah pasangan yang komplit karena saling melengkapi tapi bagiku ini adalah musibah.

Aku bermasalah dengan memori di kepalaku sehingga ketika aku melakukan salah (yang kadang aku bahkan tidak sadar melakukannya), lalu kamu menangis, memintaku untuk tidak mengulanginya lagi, tapi pada nyatanya di kemudian waktu aku melakukan kesalahan itu. Maafkan aku yang lupa pernah menyakitimu dengan tingkahku yang itu.

Sedangkan kamu, dengan luar biasa bisa mengingat sejak pertama kalinya aku tidak sengaja membentakmu karena aku sendiri sedang ada masalah, lalu kamu terkejut, dan aku sadar aku menjadi pemurung setelahnya. Maaf , aku tidak ada niatan sama sekali untuk sengaja membentakmu yang meski saat itu kamu memang sangat bawel.

Oh, aku ingat lagi. Kamu pernah sangat kesal karena aku meminta tolong kepadamu untuk menjemputku (jujur saja, aku lelaki dan sangat gengsi meminta tolong padamu karena aku tidak ingin terlihat lemah di depan orang yang aku suka. Tapi keadannya aku nyaris pingsan dan temanku rasanya membuatku semakin sekarat karena membuatku terlalu lama menunggu), dan kamu tanpa membalas pesanku lagi tiba tiba mengabari sudah di dekat PIM untuk menjemputku. Tuhan, rasanya aku tolol sekali tidak mencoba meneleponmu karena temanku sudah selesai dengan urusannya dan akhirnya aku sudah di mobil dan menuju Rumah Sakit.

Aku tau kau menangis saat kau telah tau bahwa aku sudah tidak di PIM. Syukur setidaknya aku tidak mengatakan jika aku tidak sedang baik-baik saja.

Maaf. Aku benar benar kacau.

Kamu sangat khawatiran denganku. Kadang itu menyebalkan karena seolah kamu tidak mempercayaiku. Aku tau kamu bukan orang yang kalem atau santai. Kamu suka menjerit bahkan untuk hal yang sangat biasa. Kamu suka menjadi panik meski aku yakin kamu sudah tau apa yang harus kamu lakukan. Kamu sangat percaya diri bahkan saat aku tidak memercayai diriku sendiri. Kamu bahkan pandai memilih baju yang tepat dan serasi dengan waktu yang tidak terlalu lama. Aku sering mendengar cerita dari temanku bahwa pacarnya untuk pergi hanya menonton di bioskop saja menghabiskan waktu lebih dari satu jam di depan cermin, hanya untuk memilih menggunakan baju warna apa dan yang bagaimana.

Aku ingat kamu pernah menjadi sangat diam hanya karena aku mengangkat telepon dari mantanku. Padahal waktu itu aku sudah mengatakan padamu untuk berhenti bercerita sebentar karena ada Mischa menelepon. Kamu hanya mengangguk dan menurutku itu bukan masalah. Tapi ternyata aku salah. Kamu menjadi diam seharian dan itu benar-benar menyiksaku !

Aku tau dua hari kemudian bahwa kau diam karena kamu cemburu.

Setelahnya, aku baru sadar bahwa kamu tidak pernah memainkan ponselmu ketika sedang bersamaku. Kamu juga selalu menyimak ceritaku dengan sebenarnya, tidak sepertiku yang pura-pura mendengarmu dan mudah bosan. Jujur, kadang kamu terlalu banyak cerita mulai dari kucingmu melahirkan dan itu tidak ada urusannya dengan hidupku, lalu kabel headsetmu yang mengelupas dan hal-hal yang menurutku tidak penting dan tidak ada urusannya sama sekali denganku. Kamu akan diam ketika sadar aku tidak mendengarkanmu dengan baik. Lalu kamu murung dan meminta maaf seolah menghabiskan waktuku dengan hal yang tidak penting.

Dan banyak lagi kejadian yang membuatmu sesak, dan parahnya aku lupa tentang itu.

Sekarang, aku bisa mengingatnya pun karena pertengkaran kita sebulan yang lalu. Sebelum akhirnya aku pergi ke Medan. Meninggalkanmu yang telah lelah dan memutuskan untuk menyerah dariku tepat sehari sebelum hari jadi kita di tahun ketiga.

Aku menyadari bahwa aku sangat senyap kehilangan tawa dan senyum yang biasa dan kusadari amat kusuka.

Aku hampir mati dihajar rindu karena segala hal yang biasa ada padamu, bahkan sesederhana harum baumu saat seharian bersamaku kini seolah meninggalkan duka.

Aku mengaku salah dan merindukanmu membuatku tertahan menuju bahagiaku,

disini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gratis dan Mudah! Cara Mendownload Dokumen Riset di Springer Link

La mer est un poème sans fin

Tentang Catatan Kaki