Meningkatkan Semangat Berhalaqoh
Kiat Meningkatkan Nilai Semangat Mencapai Tujuan Ber-halaqoh
Semangat mencapai tujuan penting dalam mendinamiskan
halaqoh/usroh. Namun hal itu hanya terjadi jika tujuan dipahami dan sesuai
dengan kebutuhan personil halaqoh/usroh. Para sahabat Rasul SAW rela menerima
cobaan dan ujian yang dilakukan musuh-musuh Islam waktu itu karena mereka paham
tentang tujuan yang akan diraih dan merasa tujuan tersebut sesuai dengan
kebutuhannya. Namun jika tujuan tidak dipahami dan tidak sesuai kebutuhan, maka
orang menjadi malas dan tidak tertarik untuk memperjuangkannya.
Dengan kata
lain, tujuan yang tidak jelas dan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta akan
kurang berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan dinamisasi
halaqoh/usroh.
Oleh karena itu, tugas murobbi/naqib adalah membuat
agar tujuan menjadi jelas dan menarik bagi peserta, sehingga mereka bersemangat
untuk mencapainya. Tujuan yang menarik akan membuat mereka betah untuk
menjalani proses yang mungkin membosankan dalam mencapainya. Apalagi jika
suasana tidak membosankan, maka mereka akan semakin bersemangat untuk mencapai
tujuan.
Untuk meningkatkan semangat mencapai tujuan, ada
beberapa hal yang perlu dilakukan murobbi/naqib, antara lain :
1. Memecah-mecah tujuan halaqoh/usroh menjadi
tujuan antara yang sesuai dengan kebutuhan peserta. Misalnya, tujuan
halaqoh/usroh adalah terbentuknya murobbi yang handal. Akan tetapi mungkin hal
ini kurang sesuai dengan kebutuhan peserta saat itu. Peserta belum tertarik
untuk menjadi murobbi, maka tujuan tersebut perlu dipecah menjadi tujuan antara
yang sesuai dengan kebutuhan peserta, yaitu tujuan untuk pandai berbicara di
depan umum.
2. Mengkomunikasikan tujuan secara berulang-ulang
dengan pendekatan yang berbeda-beda agar tujuan tetap menarik untuk dicapai.
Misalnya, sekali waktu menggunakan ilustrasi ‘orang yang naik kendaraan‘ untuk
menjelaskan tujuan. Waktu yang lain menggunakan ilustrasi ‘orang yang berlayar‘ untuk menjelaskan
tujuan.
3. Memberikan motivasi secara berulang-ulang
tentang urgensi pencapaian tujuan dengan pendekatan yang berbeda-beda.
Misalnya, sekali waktu menggunakan dalil Al Qur‘an untuk menekankan pentingnya
pencapaian tujuan. Akan tetapi di lain kali menggunakan dalil Siroh Nabawiyah
untuk menjelaskan pentingnya pencapaian tujuan.
4. Memusyawarahkan tujuan dengan peserta agar mereka
mempunyai rasa memiliki (sense of belonging) terhadap tujuan. Disini dibutuhkan
kemampuan komunikasi dari murobbi/naqib untuk mempengaruhi peserta agar tujuan
yang telah ditetapkan seolah-olah dianggap oleh peserta sebagai tujuan yang
mereka buat, bukan tujuan yang didiktekan murobbi/naqib.
5. Menerjemahkan tujuan menjadi program dan
kegiatan yang menarik bagi peserta. Peserta bukan hanya tertarik dengan
program, tapi juga yakin bahwa kesulitan dan hambatan yang menghadang dalam
melaksanakan program itu tidak akan sia-sia. Termasuk yakin bahwa kondisi yang
membosankan dalam menjalani program tersebut akan mengantarkan mereka kepada
tujuan yang mereka harapkan.
6. Membuat sistem penghargaan dan sanksi (reward
dan punishment) yang mampu membangkitkan semangat peserta untuk mencapai
tujuannya.
Bentuk kongkrit dari tingginya nilai semangat untuk
mencapai Tujuan adalah keyakinan bahwa proses yang panjang, sulit dan
melelahkan untuk mencapai tujuan halaqoh/usroh adalah hal yang wajar. Personil
halaqoh/usroh tidak cepat patah semangat untuk mencapai tujuan. Mereka terus
mencoba mencapai tujuan dan tidak begitu peduli dengan suasana dalam proses
(menjemukan atau dinamis) dalam mencapai tujuan.
Keyakinan ini begitu penting bagi personil halaqoh/usroh dalam membuat mereka betah mengikuti perjalanan halaqoh/usroh.
Keyakinan ini begitu penting bagi personil halaqoh/usroh dalam membuat mereka betah mengikuti perjalanan halaqoh/usroh.
Komentar
Posting Komentar