Berdamai dengan Diri Sendiri

Selamat sore menuju petang dari sini, selasar fakultasku. Aku sedang terperangkap hujan saat ini. Masih mending daripada terperangkap masa lalu kan ya?

Emm mengobrol tentang masa lalu, aku punya cerita.

Aku sedang menjadi client bagi temanku lintas jurusan yang dia sedang ada tugas akhir. Dia jurusan Psikologi. Kisah bertemunya kita dapat terbilang cukup unik, bermula dari aku yang membuat story di Instagram tentang mobil depan rumahku yang terus terusan membunyikan klakson.

Singkat cerita, kami bertemu dan aku memenuhi syarat menjadi subjek penelitiannya. Aku menyetujuinya bukan tanpa alasan, menurutku Tuhan punya cerita sesuatu yang bisa aku dapatkan dan aku lakukan adalah mengikuti alur cerita-Nya dengan hati berdebar dan riang gembira.

Tahap pertama, aku bertemu dengan temanku itu. Namanya Ika. Singkat cerita, kami sama sama rela untuk menjalin hubungan antara subjek dan objek.

Lalu melewati bertahap tahap sesi sampai akhirnya berada di sesi yang kusebut sesi meditasi. Mendengar suara gemericik air, membayangkannya aku ada disana, lapang, luas tenang, dan lucunya baru lima menit aku tertidur. HAHAHA. Terlalu nyaman mungkin.

Dari lika liku sesi yang aku ikuti, dari tertawa, bingung menggambar apa, bingung menjawab tes yang cukup banyak, sampai menangis bocah saat sesi intervensi dan terakhir tidur saat meditasi (semoga aku tidak mendengkur, haha) , ada beberapa pelajaran positif yang aku dapatkan

Salah satunya adalah
Berdamai dengan hati, adalah kunci bahagia.

Sering kita menyadari bahwa kita (hati, red) sedang tidak baik-baik saja. Tapi kita mengabaikannya dan berdalih bahwa kita baik-baik saja.  
Itulah bukti bahwa kita tidak peka, tidak peduli dengan hati kita. Biasanya, cikal bakal stres itu dimulai dari sini. 

Mengapa? Dengan mengabaikan ada 'denting janggal' dalam hati dan terus berlalu, menumpuk, mengalami kepahitan dan selalu berujar baik-baik saja tanpa mengobati luka yang sebelumnya, wajar kalau-kalau kita bisa meledak kemudian. 

Thats Why, kita tidak bisa hidup sendiri. Kita butuh orang lain untuk sekadar menjadi pendengar kita, sekadar menggugah jiwa dan mood baik kita. Kita membutuhkan 'tong sampah' sebagai media pembuangan dari kepahitan, kekecewaan, amarah dan rasa tidak enak yang menyergap hati kita. Orang lain yang kita jadikan tong sampah, dia pun harus punya tong sampah lainnya. Begitu seterusnya. Apa akibat dari kesendirian? Sesak yang menyakitkan, meluluhlantakkan kepercayaan diri dan pahit-pahitnya, berujung kepada self harming dan bunuh diri. Mau? Aku, sih tidak ingin.

Berdamai dengan diri sendiri.

Menurut konsultan psikologi Dra. Mira Laksmi Amiretno Rumeser, kemampuan berdamai dengan diri sendiri ini hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang sehat, terutama secara mental. Menerima serta mensyukuri keadaan diri, menurutnya merupakan langkah yang sangat penting agar manusia bisa sehat secara mental. 
“Bila hal itu dilakukan dengan sepenuh hati, maka Anda bisa berdamai dengan diri sendiri,” 
Ketenangan dan kenyaman hidup yang sejati baru bisa terasa bila seseorang sanggup berdamai dengan diri sendiri. Dan idealnya, setiap saat manusia harus bisa berdamai dengan diri, terutama saat mengalami kekecewaan, kegagalan, maupun cobaan berat. Memang tidak mudah menerapkannya. Juga tak ada resep yang berlaku untuk umum agar orang bisa berdamai dengan dirinya sendiri. 

“Masing-masing orang harus mencari sendiri jalannya,” 

Kamu bisa melakukan banyak hal saat hatimu berkata "tidak baik-baik saja." Melampiaskan dengan hal positif seperti menulis diary, catatan, notes, menggambar, mendengar sesuatu yang menurut pribadi bisa membuat tenang, melakukan hal yang kamu suka, meditasi, bercerita, pergi dengan sahabat, kerabat atau bermain dengan hewan kesayangan. 

Mengalami penolakan, kekecewaan dan kepahitan hidup lainnya memang bukanlah hal yang menyenangkan dan diinginkan, tetapi kamu punya pilihan yang lebih baik untuk itu, yakni berdamai dengan hatimu. 

Sebelum tidur, akan lebih baik kamu berwudlu sebelumnya (bagi kamu yang muslim), meminum air putih, lalu berdoa pada Tuhan. Mohonkan maaf atas orang-orang yang menyebalkan, bahkan dirimu yang konyol sehingga memalukan diri sendiri. Maafkanlah dirimu sendiri.

Dan ketika kamu bangun pagi keesokan harinya, semoga hati dan 'diri'mu sedang jujur dalam keadaan yang baik-baik saja.

Semoga bermanfaat 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gratis dan Mudah! Cara Mendownload Dokumen Riset di Springer Link

La mer est un poème sans fin

Tentang Catatan Kaki